Kehamilan Tak Diharapkan Pada Remaja

Kehamilan Tak Diharapkan

Kehamilan tak diharapkan (KTD) adalah kehamilan yang terjadi sebelum waktunya, yaitu terjadi di luar pernikahan dan dialami pada usia remaja dimana merupakan masa yang paling bergejolak dalam rentang kehidupan manusia.. Hal ini dapat menimbulkan beberapa risiko, baik fisik maupun psikologis bagi pelakunya.

Tyas Retno Ninggalih, ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Sendai, Jepang. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang, menulis di majalah 1000guru tentang “Kehamilan Tak Diharapkan Pada Remaja”

Matangkan diri, ikatlah rasa cinta sesuai dengan norma yang dipercayai disertai tanggung jawab. Pernikahan mendukung untuk lahir dan tumbuhnya generasi penerus yang lebih baik.

Kehamilan Tak Diharapkan Pada Remaja

Dalam rentang kehidupannya, setiap individu mengalami berbagai krisis pada setiap tahapan perkembangannya. Masa krisis terbesar terjadi pada periode remaja (12-21 tahun). Usia remaja merupakan masa yang paling bergejolak dalam rentang kehidupan manusia.

Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada periode ini, seorang individu rentan mengalami banyak permasalahan yang dapat menghambat tahapan perkembangan berikutnya.

Permasalahan tersebut disebabkan karena adanya beberapa perubahan, antara lain perubahan fisik, teman sebaya, minat, dan moral. Setiap tahapan perkembangan mempunyai permasalahan tersendiri. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh remaja berkaitan dengan perubahan fisik, minat hubungan lain jenis, dan perilaku hubungan pasutri adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan.

Remaja yang melakukan hubungan bebas (seks-pra-nikah) adalah kelompok remaja berisiko tinggi mengalami KTD. Masa remaja akan terampas karena terbebani tanggung jawab besar, dan mereka pun akan kehilangan masa bergaul dengan baik, belajar, dan berprestasi setinggi-tingginya. Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya ketika diharuskan bertanggung jawab.

Risiko Fisik

Kehamilan pada usia dini (< 20 tahun) bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan, seperti pendarahan, bahkan bisa sampai pada kematian. Kehamilan di usia yang sangat muda juga berisiko bagi si bayi seperti kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan masalah kesehatan serius lainnya yang bahkan beresiko pada kematian bayi.

Risiko Psikis

Ada kemungkinan pihak perempuan akan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika mereka menikah, maka bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan sangat terbebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah/berdosa, depresi, tertekan, dan pesimis.

Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan-perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah. Meskipun demikian, ada beberapa pasangan yang setelah menikah mendapatkan kehidupan yang lebih baik jika masing-masing pihak benar-benar bertanggung jawab, menyadari kesalahan, dan memperbaiki diri agar anak yang dilahirkan dari KTD tidak mengulang kesalahan yang sama.

Risiko Sosial

Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan yang lain adalah dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini, masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain: menjadi objek gosip, kehilangan masa bergaul dengan teman sebaya, dan terkena cap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di Indonesia, cap buruk akibat kelahiran anak di luar nikah juga menjadi beban moral bagi orang tua maupun anak yang akan lahir.

Risiko Ekonomi

Merawat kehamilan, melahirkan, dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar, sedangkan remaja umumnya belum mampu bekerja dan hidup mandiri. Kebanyakan mereka masih membutuhkan sokongan finansial dari orangtua.

Masalah kehamilan pada remaja semakin kompleks bila seorang remaja perempuan mempertahankan bayi yang dikandungnya dan membesarkannya tanpa ikatan perkawinan. Remaja perempuan cenderung tidak menginginkan anaknya diadopsi, walaupun kehamilan dianggap tidak sah dan daya daya dukung untuk membesarkan anak sangat rendah.

Kehidupan kebanyakan remaja yang hamil di luar pernikahan rentan terhadap berbagai masalah. Oleh karena itu, hindarilah KTD. Pergaulan yang terlalu bebas dan perilaku permisif dapat menjadi pemicu KTD. Berhati-hati dan selektif dalam memilih teman bergaul sangatlah penting, mengingat di masa remaja ’peer pressure’ atau tekanan dari teman sebaya sangat besar pengaruhnya, termasuk untuk mencoba perilaku yang beresiko menyebabkan KTD.

Remaja baik perempuan maupun laki-laki juga perlu membekali diri dengan informasi yang benar dan bertanggung jawab tentang perilaku hubungan yang berisiko. Misalnya, jangan dianggap berpegangan tangan atau berciuman sepenuhnya ’aman’ dan tidak beresiko karena seringkali ini menjadi awal munculnya perilaku lain yang lebih berisiko dan berakibat fatal.

 

 

Kehamilan Tak Diharapkan Pada Remaja

Anda telah membaca artikel tentang "Kehamilan Tak Diharapkan Pada Remaja". Semoga bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan. Terima kasih.

Rekomendasi artikel lainnya

Tentang Penulis: Literasi Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *